Get PPT here
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kemajuan
suatu bangsa bisa dilihat pada apresiasi negara pada dunia pendidikan dan ilmu
pngetahuan sementara pendidikan tidak bisa terlepas dari hasil pemikiran para
tokoh. Pendidikan adalah sesuatu yang sangat urgen untuk dijadikan upaya peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kaum intelektual telah mengamati bahwa
salah satu karakter khas peradaban Islam adalah perhatian yang serius tentang
pencarian terhadap berbagai cabang ilmu, pada awal era modern, para pemikir dan
pemimpin Islam telah menyadari pentingnya pendidikan sebagai upaya untuk
memajukan umat, terutama untuk menghadapi hegemoni sosial ekonomi dan
kebudayaan barat.
Pendidikan
Islam dalam perkembangan mengalami pasang surut, dasar-dasarnya tertata rapi
sejak Nabi Muhammad Saw membawa risalahnya Al-Quran yang mulia dan terealitasi
dalam tradisi yang praktis dan cukup baik. namun perkembangan yang signifikan
terjadi pada abad pertengahan, di mana konteks Islam dalam budaya Yunani mulai
terjadi, Islam yang sudah menjadi semakin indah yang filsafatnya berkembang
pesat pada masa itu. Namun sebagai hal yang wajar seiring dengan perputaran
dunia kebudayaan Islam seolah ikut berputar 180 derajat di bawah barat.
Ungkapan
tentang “Pintu pendidikan terbuka seluas-luasnya bagi siapa saja yang
berkeinginan untuk belajar agama dan lain-lain, kapan saja dan di mana saja”.
Itulah demokrasi yang hakiki di dalam pendidikan dan pengajaran yang diungkap
oleh Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi dalam prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam
atau التربية الاسلامية
وفلا سفتها.
Dalam
kitab “التربية الإسلامية
وفلاسفتها” karya Muhammad ‘Athiyah
Al-Abrasyi diterangkan bahwa jiwa dari pendidikan Islam ialah pendidikan moral
dan akhlak. Berangkat dari fenomena di atas penulis mencoba untuk mengkaji
lebih mendalam mengenai konsep ‘Athiyah Abrasyi tentang pendidikan dan akhlak
dalam Islam.
B. Rumusan
Masalah
1.
Menjelaskan pengertian dari Pendidikan
Islam menurut ‘Athiyah al-Abrasyi
2.
Menjelaskan prinsip dari Pendidikan
Islam menurut ‘Athiyah al-Abrasyi
3.
Menjelaskan implementasi dari Pendidikan
Islam menurut ‘Athiyah al-Abrasyi
C. Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Islam
menurut ‘Athiyah al-Abrasyi
2.
Untuk mengetahui prinsip dari Pendidikan
Islam menurut ‘Athiyah al-Abrasyi
3.
Untuk mengetahui implementasi dari Pendidikan
Islam menurut ‘Athiyah al-Abrasyi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam
Secara etimologi
pendidikan dalam pendidikan islam kadang-kadang di sebut At-Taklim. At-Taklim
biasanya diterjemahkan penjamuan makan, atau pendidikan
sopan santun. Sedangkan Al Ghazali menyebut pendidikan dengan sebutan Ar
Riyadhat. Ar Riyadhat dalam arti bahasa diterjemahkan dengan olah raga atau
pelatihan, sedangkan masa sekarang popular disebut dengan tarbiyah, karena
menurut Athiyah Al Abrasyi. At Tarbiyah adalah suatu kegiatan yang mencakup keseluruhan
kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah upaya mempersiapkan individu untuk
kehidupan yang lebih sempurna dalam etika, sistematika dalam berpikir, memiliki
ketajaman intuisi, giat dan berkreasi, serta memiliki toleransi dengan yang
lain, berkopetensi memiliki dalam mengungkapkan bahasa lisan dan tulis, dengan
dibekali keterampilan-keterampilan. Sedangkan secara terminology Mustafa
AL-Maraghy membagi kegiatan at-Tarbiyah dengan dua macam, Pertama tarbiyah khalqiat
yaitu penciptaan, pembinaan, pengembangan jasmani peserta didik agar dapat
dijadikan sarana pengembangan jiwanya kedua tarbiyah diniyah tahzibiyah, yaitu
pembinaan jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu ilahi. Dan
dalam masyarakat Islam, istilah yang digunakan untuk pendidikan adalah tarbiyah
(تربية), ta’lim,
(تعليم) ta’dib
(تأذيب). Dan
sekarang berkembang secara umum di dunia Arab adalah tarbiyah ternyata masih
merupakan masalah khilafiyah, (kontroversial)[1]
Pengertian
pendidikan Islam menurut ‘Athiyah dalam kitab at-Tarbiyah al-Islamiyah
Wafalasifatuha adalah :
أن
التّربية الإسلامية تتمثل فيها المبادئ (الديمقراطيه) من الحرية والمساواة وتكافؤ
الفرص فى التعليم,
من
غير تفرقه فى طلبه بين الموسرين
والمعدمين, وأن المسلمين كانوا يعدون طلب العلم فريضة دينية, وواجبا روحيا, لاوسيلة لغرض مادي, ويقبلون عليه
بقلوبهم وعقولهم ويطلبونه برغبة قوية من تلقاء أنفسهم, وكثيرا ماكانو يقومون برحالات طويلة شاقة فى سبيل تحقيق مسألة
علميّة دينيّة.
Sesungguhnya
pendidikan Islam itu meliputi prinsip-prinsip (demokrasi), yaitu kebebasan,
persamaan, dan kesempatan yang sama dalam pembelajaran, dan untuk memperolehnya
tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin, sesungguhnya mencari
ilmu bagi mereka merupakan suatu kewajiban dalam bentuk materi, bukan untuk
tujuan materi (kehendak), dan menerima ilmu itu dengan sepenuhnya hati dan akal
mereka, dan mencarinya dengan keinginan yang kuat dari dalam dirinya, dan
mereka banyak melaksanakan perjalanan panjang dan sulit dalam rangka memecahkan
masalah-masalah agama. Pernyataan ‘Athiyah di atas menunjukkan bahwa pendidikan
Islam itu merupakan sesuatu yang memang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat
secara umum dan menyeluruh, karena prinsip-prinsip yang ada pada kenyataannya
dapat menjadikan kehidupan ini lebih bahagia baik di dunia maupun di akhirat.[2]
Selain itu,
manusia adalah makhluk-makhluk “animal educable” artinya manusia adalah
makhluk yang dapat dididik, dan menurut Langeveld, manusia adalah “animal
education” artinya manusia itu harus dididik, dan manusia adalah “home
educandos” artinya manusia adalah yang bukan saja harus didik tetapi juga
mendidik, sehingga pendidikan bagi manusia merupakan suatu keharusan yang
mutlak atau manusia memang harus memperoleh pendidikan. Pendidikan disini
merupakan bimbingan dan pimpinan yang secara sadar oleh si pendidik terhadap si
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dan ini melalui proses
belajar, dimana pengertian belajar menurut Clifford T. Morgan dan Richard A.
King adalah : “learning may be defined as any relatively permanent change in
behavior which occurs as a result of experience or practice”.[3]
B. Prinsip
Pendidikan Islam
Bila
diperhatikan arah pendidikan modern di abad ini dengan mempelajari
prinsip-prinsip, metode-metode dan sistem-sistemnya, maka akan ditemukan bahwa
pendidikan Islam telah menyuarakan banyak prinsip serta metode penting dalam
dunia pendidikan. Hal tersebut dapat diungkapkan secara ringkas sebagai berikut
:
1.
Prinsip kebebasan dan
demokrasi dalam pendidikan
Islam telah menyerukan adanya
prinsip persamaan dan kesempatan yang sama dalam belajar, sehingga terbukalah
jalan yang mudah untuk semua orang, tanpa diskriminasi antara kaya dan miskin,
serta tinggi atau rendahnya starata sosial. Ajaran Islam menganggap bahwa
menuntut ilmu adalah kewajiban agama, kewajiban rohaniah, serta bukan untuk
memberikan keuntungan materi duniawi, dimana pelajar dapat dengan sepenuh hati
belajar yang didorong oleh kemauan keras dari diri mereka masing-masing untuk
menjadi orang-orang yang sesuai dengan cita-cita dan kemampuan mereka.
2.
Pembentukan akhlak yang
mulia adalah tujuan utama pendidikan Islam
Pembentukan moral yang tinggi
adalah tujuan utama dari pendidikan Islam. Pada saat pendidikan Islam
mengutamakan segi-segi kerohanian dan moral, maka segi-segi pendidikan mental,
jasmani, matematik, ilmu sosial, dan jurusan-jurusan praktis tidak diabaikan
begitu saja, sehingga dengan demikian pendidikan tersebut merupakan pendidikan
yang lengkap, dan pendidikan tersebut telah meninggalkan bekas yang tidak dapat
dibantah dalam berbagai bidang serta pencapaian ilmu tersebut dalam
keilmiahannya.
3.
Pendidikan sesuai kemampuan
akal manusia didik
Prinsip ini adalah salah satu
prinsip terpenting dalam pendidikan Islam dan termasuk pula prinsip terbaru
dalam pendidikan modern. Mengenai hal ini Rasulullah saw. telah bersabda :
ماَ
اَحَدٌ يُحَدِّثُ قَوْماً بِحَدِيْثٍ لاَ تَبْلُغُهُ عُقُوْلُهُمْ إِلاَّ كاَنَ
فِتْنَةً عَلىَ بَعْضِهِمْ (الحديث)
“Seseorang
yang menyampaikan kepada suatu kaum atau golongan pembicaraan yang tidak sesuai
dengan akalnya, maka hal demikian hanya akan menimbulkan fitnah di kalangan
mereka”.
4.
Variasi metode pengajaran
Menurut al-Ghazali, seorang
juru didik mempunyai kewajiban utama dalam mengajarkan siswanya terhadap segala
sesuatu dengan metode yang mudah dipahami serta variatif, sebab masalah-masalah
yang terlalu sulit akan mengakibatkan kekacauan pikiran dan menyebabkan lari atau
malas belajar.
5.
Pendidikan Islam adalah
pendidikan bebas
Orang-orang yang memperhatikan
metode pendidikan dalam Islam akan melihat bahwa pendidikan Islam itu menuju ke
arah pembiasaan siswa untuk dapat mandiri, dimana setiap guru atau dosen setiap
akhri pelajaran, memberikan assignment (tugas) kepada siswa untuk
mempelajari isi buku sebelum pelajaran yang akan datang dan mencoba untuk
mengerti isi buku tersebut. Metode seperti ini dalam istilah pendidikan modern
disebut metode Dalton, yaitu suatu metode modern yang diciptakan oeh Missa
Helen Parkherest.
6.
Sistem pendidikan individu
dalam pendidikan Islam
Pendidikan individu ialah
pendidikan yang memperhatikan kekuatan setiap individu dari segi kemampuannya
mempelajari bahan-bahan yang dipelajarinya. Sistem pendidikan ini menyerukan
terwujudnya hubungan baik antara guru dan murid yang memperhatikan tingkat
pembawaan dan kesediaan belajar dari seorang siswa dan menganjurkan pula
pengembaraan untuk belajar dan pembahasan-pembahasan ilmiah.
7.
Perhatian atas pembawaan
dan insting dalam tuntunan pemilihan spesialisasi
Islam mengharapkan dari setiap
guru agar mempelajari keadaan setiap siswa bila ia memiliki kelebihan-kelebihan
dalam memahami pelajaran, dimana ia sanggup menguraikan problem-problem,
mengungkapkan problematik ilmiah dan memperhatikan soal-soal pelajaran
sesungguhnya.
8.
Cinta ilmu dan siap belajar
Setiap siswa yang cinta ilmu
akan senang sekali belajar, akan menggunakan seluruh waktunya melakukan
penelitian, pembacaan dan studi, serta akan berupaya memecahkan problematik
ilmiah dan mencernakan ilmu pengetahuan yang ia dapat.
9.
Perhatian terhadap cara
berbicara, berpidato dan berdiskusi
Yakni pembiasaan lidah
mengucapkan kata-kata yang baik serta pemikiran yang tajam, berpidato tanpa
teks serta keterampilan dalam berdebat atau berdiskusi. Kelancaran lidah dalam
berbicara merupakan suatu syarat pokok suksesnya seseorang menjadi guru,
politikus, dan lain sebagainya.
10. Pelayanan anak didik secara halus
Salah satu bentuk pendidikan
ideal adalah memberantas cara-cara kasar dan keras dalam pendidikan yang dapat
dianggap sebagai pembunuh cita-cita, penumpulan kepintaran dan selanjutnya
membawa pada kehinaan penipuan dan rasa rendah diri.
11. Sistem Universitas Rakyat diambil dari sistem pendidikan Islam
Agama Islam adalah agama ilmu
dan cahaya, bukan agama kejahilan, kebodohan dan kegelapan. Sedangkan sistem
Universitas Rakyat adalah tiruan dari sistem pengajaran dalam pendidikan
Islam di zaman keemasannya.
12. Perhatian terhadap perpustakaan
Tidak berlebihan bila
dikatakan bahwa pembentukan perpustakaan adalah ciptaan pendidikan Islam demi
mendorong para ulama, sarjana, dan mahasiswa untuk melakukan penelitian,
membaca, studi dan menyalin buku-buku berharga serta menterjemahkan apa yang
patut diterjemahkan dan apa yang patut digali dari buku-buku agama dan eksak.
13. Jabatan asisten dalam lembaga pendidikan
Jabatan asisten adalah suatu
sistem pendidikan yang menggunakan asistensi mengajar setelah murid menyelesaikan
pelajarannya.
C.
Implementasi Pendidikan Islam
Menurut ‘Athiyah
tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti
yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun
perempuan, memiliki jiwa yang bersih, kemauan keras, cita-cita yang benar dan
akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati
hak-hak manusia, mengetahui perbedaan buruk dengan baik, memilih salah satu
fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela, dan mengingat Tuhan dalam
setiap pekerjaan yang mereka lakukan.[4]
Ketika Allah hendak memuji nabi-nabinya, Allah SWT berfirman :
وَإِنَّكَ
لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ (القلم : 4 )
Sesungguhnya
engkau memiliki moral dan akhlak yang tinggi. (al-Qalam : 4)
1.
Pendidikan budi pekerti di
masa anak-anak
Seperti ungkapan
Ibnu Jauzi menulis dalam bukunya At-Tarbiyah ar-Ruh (pengobatan jiwa), yang
dikutip penulis dalam buku at-Tarbiyah al-Islamiyah karya ‘Athiyah,
sebagai berikut : “Pembentukan yang utama ialah diwaktu kecil, apabila
seseorang anak dibiarkan melakukan sesuatu (yang kurang baik) sehingga telah
menjadi kebiasaannya, sukarlah meluruskannya, “Artinya : pendidikan budi
pekerti yang tinggi, wajib dimulai di rumah, dalam keluarga, sejak kecil, dan
jangan membiarkan anak-anak tanpa pendidikan, bimbingan, dan petunjuk-petunjuk.
Bahkan, sejak kecil ia harus dididik sehingga tidak terbiasa dengan adat dan
kebiasaan yang tidak baik. Bila dibiarkan saja, tidak diperhatikan, tidak
di bimbing, ia akan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, sehingga
sukarlah mengembalikannya dan memaksakannya untuk meninggalkan kebiasaan
tersebut. Ringkasnya pemeliharaan lebih baik daripada perawatan.
2. Metode pendidikan akhlak (moral) dalam Islam
Menurut
‘Athiyah, untuk pendidikan moral dan akhlak dalam Islam, terdapat beberapa
metode atau cara, antara lain sebagai berikut :[5]
a. Pendidikan
secara langsung, yaitu dengan cara mempergunakan petunjuk, tuntunan, nasehat, menyebutkan
manfaat dan bahayanya sesuatu.
Diantara
kata-kata berhikmat, wasiat-wasiat yang baik dalam bidang pendidikan moral dan
akhlak anak-anak, menurut ‘Athiyah disebutkan sebagai berikut :
- Sopan santun adalah warisan yang
terbaik
- Budi pekerti yang baik adalah
teman sejati
- Mencapai kata mufakat adalah
pemimpin yang terbaik
- Ijtihad adalah pandangan yang
menguntungkan
- Akal adalah harta yang paling
bermanfaat
- Tidak ada bencana yang lebih
besar daripada kejahilan
- Tidak ada lawan yang lebih
terpercaya daripada musyawarah
- Tidak ada kesunyian yang lebih
buruk dari pada
mengagungkan diri sendiri.
b. Pendidikan
akhlak secara tidak langsung, yaitu dengan cara sugesti. Seperti mendiktekan
sajak-sajak yang mengandung hikmat kepada anak-anak, mencegah mereka dari
membaca sajak-sajak yang kosong.
c. Mengambil
manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak dalam rangka pendidikan
akhlak. Sebagai contoh, mereka (siswa) meniru ucapan-ucapan orang-orang yang
berhubungan erat dengan mereka (guru). Oleh karena itu filosof-filosof Islam
mengharapkan agar setiap guru berhias dengan akhlaknya yang baik, mulia, dan
menghindari setiap yang tercela.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dunia pendidikan
yang digeluti ‘Athiyah adalah dunia pendidikan Islam yang telah lama
berkecimpung di Mesir pusat ilmu pengetahuan dalam agama Islam.
Pendidikan Islam ini oleh ‘Athiyah diuraikan secara sistematis dari zaman ke
zaman baik dari segi prinsip, metode, kurikulum dan sistem pendidikan modern di
dunia barat. Selain itu keahlian yang dimiliki ‘Athiyah telah menjelaskan
posisi Islam mengenai Ilmu pendidikan dan pengajaran yang berdasarkan al-Quran
dan Hadits serta fungsi masjid, institut, lembaga-lembaga, perpustakaan,
seminar-seminar dan gedung-gedung pertemuan dalam dunia Islam, sejak zaman
keemasannya sampai ke zaman kita sekarang.
Islam menyerukan
adanya kemerdekaan, persamaan, dan kesempatan yang sama antara si kaya dan si
miskin dalam bidang pendidikan dan mewajibkan setiap muslim pria dan wanita
untuk menuntut ilmu. Pada dasarnya pendidikan adalah untuk mengembangkan
potensi individu sebagai manusia sehingga hidup secara optimal baik sebagai
pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral
dan sosial sebagai pedoman hidup. Dengan demikian pendidikan memegang
peranan penting dalam menentukan hitam putihnya manusia dan akhlak menjadi
standar kualitas manusia, artinya baik buruknya akhlak merupakan salah satu
indikator berhasil atau tidaknya pendidikan.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini
terdapat kekurangan. Oleh karena itu kepada para pembaca, khususnya kepada
dosen pembimbing untuk mengkritik makalah ini yang bersifat konstruktif, kami
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Al
Qur’an Karim
Al-Abrasyi,
Muhammad ‘Atiyah, at-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falaisatuha, Kairo: Isa
al-Babi al-Halabi, 1975, Cet. III.
________________,
Dasar Pendidikan Islam, terj. H. Butami A. Gani dan Djohar Bahry, dari
Judul asli At-Tarbiyah al-Islamiyah, Bandung : Bulan Bintang, 1970.
_________________,
Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam, terj. Abdullah Zaky al-Kaaf,
dari judul Asli At-Tarbiyah al-Islamiyah, Bandung : Pustaka Setia, 2003.
[1]. Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyi, at-Tarbiyah
al-Islamiyah wa Fafasifatuha, (Kairo : Isa al-Babi al-Halabi, 1975), cet.
3, hlm. 34
[2]. M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar Pendidikan
Islam, terj. H. Butami A. Gani dan Djohar Bahry, dari Judul asli At-Tarbiyah
al-Islamiyah, (Bandung : Bulan Bintang, 1970), hlm. 9
[3]. Ibid. hlm 12
[4]. M. ‘Athiyah al-Abrasyi, Prinsip-prinsip
Pendidikan Islam, terj. At-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falasifatuha, oleh
Abdullah Zaky al-Kaaf, (Bandung : Pustaka Setia, 2003), hlm. 113
[5]. M. Athiyah al-Abrasyi, Prinsip-prinsip
Dasar Pendidikan Islam, terj. At-Tarbiyah Ibid., hlm. 114
No comments:
Write komentar