BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap
individu, keluarga dan masyarakat memiliki hubungan yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya. Hubungan yang dilandasi oleh nilai, norma dan
aturan-aturan. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu
keluarga dan masyarakat yang menjadi latar belakang keberadaanya. Begitupun
sebaliknya, individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk
membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai
dengan perilaku yang telah ada pada dirinya, dan barulah dikatakan sebagai
individu jika individu bisa membaur dengan lingkungan sosialnya yaitu
masyarakat. Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dari masyarakat dan
merupakan sendi dasar dalam organisasi sosial.
B. Rumusan
Masalah
1. Menjelaskan pengertian dari Individu
2. Menjelaskan pengertian dari Keluarga
3. Menjelaskan pengertian dari Masyarakat
C. Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian Individu
2.
Untuk mengetahui pengertian Keluarga
3.
Untuk mengetahui pengertian Masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INDIVIDU
Individu
adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peran kas didalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tinngkah laku
spesifik dirinya. maka manusia menjadi individu apabila tingkah lakunya hampir
identik dengan tigkah laku masa yang beersangkutan.
Individu
terdiri atas dua demensi yaitu fisik dan psikis. Sikap perbuatan, emosi dan
sebagainnya merupakan refleksi gabungan dari kedua dimensi ini.
1.
Segi Fisik
Kehadiran
individu dalam kelompok keluarga maupun masyarakat ditandai dengan wujud
fisiknya. Makhluk hidup mempunyai cirri sendiri dan selalu mengalami perubahan
dan perkembangan. Faktor-faktor ini biasanya disebut dengan faktor penunjang
kelangsungan hidup.
Faktor-faktor
penunjang kehidupan manusia anatara lain :
Pangan
: terdiri atas zat/sumber tenaga seperti karbohidrat,
lemak dan protein dan zat pembangun seperti protein, mineral dan air serta zat
pengatur seperti vitamin, mineral, protein dan air.
Sandang : sebagai
alat adaptasi terhadap kondisi alam (iklim) yang berlainan misalnya panas dan
dingin.
Papan : usaha berlindung dari
ancaman alam yang tidak bersahabat seperti hujan, terik matahari, binatang buas
dan lain sebagainya.
Untuk
keperluan ini manusia selalu berhubungan dengan lingkungannya. Interaksi dengan
lingkungannya inilah yang menyebabkan adanya perubahan lingkungan (hasil
budaya). Di samping itu manusia dipengaruhi juga oleh lingkungannya maka tidak
heran manakala ada perbedaan ketahanan fisik individu satu dengan lainnya.
2.
Segi Psikis
Wujud
individu tidak pernah lepas dari wujud psikisnya. Fungsi psikis sangat
berpengaruh terhadap gerak dan tingkah laku fisik, dalam arti tingkah laku dan
perbuatan individu merupakan refleksi psikisnya sedangkan tingkah laku fisik
berpengaruh pada fungsi psikis. Fungsi psikis sebagai bagian dari makhluk hidup
selalu mengalami perubahan (perkembangan), perkembangan ini terjadi dalam
beberapa tahapan.
3.
Pengaruh
Lingkungan Terhadap Individu
Banyak
sekali pengaruh dari luar yang menyebabkan terjadinya perubahan pada individu
sepertilatihan dan pendidikan, baik bersifat formal, nonformal maupun informal.
Pembentukan di sini dapat berarti perubahan sikap maupun kondisi fisik dan
psikis darikurang responsive terhadap berbagai keadaan menjadi individu
responsive terhadap berbagai keadaan yang di hadapi. Faktor lingkungan yang
sangat mendukung dan menolong kehidupan jasmani dan rohani menyebabkan individu
dapat berkembang.
Banyak ahli yang mengatakan bahwa individu
tidak mempunyai arti apa-apa tanpa adanya
lingkungan yang mempengaruhinya. Keluarga sebagai lingkungan sosial
pertama yang secara aktif mempengaruhi dalam pembentukan individu. Bagi
individu yang belum dapat berdiri sendiri ketergantungannya banyak bertumpu
pada kelompok ini dimana tidak dapat dikaitkan dengan hal dan kewajiban.[1]
B.
PENGERTIAN
KELUARGA
Keluarga
adalah unit/satuan masyarakat yang terkecil yang merupakan suatu kelompok
terkecil dari masyarakat. Kelompok ini yang melahirkan individu dengan berbagai
macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari seorang
individu (suami) dengan individu lainnya (istri) yang selalu menjaga rasa aman
dan ketentraman dalam suasana suka duka hidup bersama.
Keluarga
biasanya terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya. Anak-anak inilah yang
nantinya berkembang dan mulai melihat dan mengenal arti diri sendiri yaitu individu.
Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu yang sangat berpengaruh
secara lansung terhadap perkembangan individu sebelum maupun terjun langsung
secara individual di masyarakat.
Ki
Hajar Dewantoro juga mengartikan bahwa keluarga kumpulan beberapa orang yang
terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu
gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama untuk
memperteguh gabungan dan memuliakan masing-masing anggotanya.[2]
1.
Pengaruh
keluarga terhadap anggota-anggotanya
Keluarga
sebagai persekutuan dan tempat individu bernaung dalamnya menjunjung tinggi
prinsip kesatuan dan keutuhan untuk mencapai cita-cita dan tujuan bersama. Sebagai
wadah tiap individu berinteraksi dan komunikasi maka setiap peran yang
dilakukan setiap anggotanya paling tidak akan memberikan pengaruh terhadap
anggota keluarga lainnya. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keluarga :
a.
Status sosial
ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan
terhadap perkembangan anak-anak. Misalnya keluarga yang perekonomiannya
menyebabkan lingkungan material yang di hadapi oleh anak di dalam keluarganya
lebih luas, sehingga ia mendapat kesempatan lebih luas dalam memperkembangkan
bermacam-macam kecakapan lengkap dengan alatnya. Tetapi perlu diingat bahwa
status sosial ekonomi keluarga bukannya satu-satunya faktor yang mutlak
menentukan perkembangan anak.
b.
Faktor keutuhan
keluarga
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan sosial
anak adalah faktor keutuhan keluarga. Faktor ini ditekankan pada strukturnya
yaitu keluarga lengkap terdiri dari ayah, ibu dan anak. Di samping keutuhan
keluarga juga ada faktor keutuhan interaksi hubungan antara anggota satu dan
anggota keluarga yang lain.
c.
Sikap dan
kebiasaan Orang Tua
Peranan keadaan keluarga terhadap perkembangan
sosial anak tidak hanya terbatas pada situasi sosial ekonominya atau kebutuhan
sruktur dan interaksinya, tetapi cara-cara atau sikap dalam pergaulannya juga
memegang peranan penting dalam perkembangan sosial mereka.
2.
Perkawinan
sebagai Elemen Pembentukan Keluarga
Dari
segi hukum adalah ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita sebagai suami
istri dengan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan sebagai upaya dasar untuk
pembentukan keluarga dimulai sejak pemilihan jodoh, agar pihak pria dan wanita
sebagai calon suami istri dipilih orang-orang yang dapat memegang peran
masing-masing dan menempati fungsinya, kewajiban dan tanggung jawab menurut
bentuk keluarga yang di cita-citakan.
Atas
faktor perbedaan yang di bawa masing-masing pihak, kelebihan dan kekurangannya
serta fungsi masing-masing memerlukan proses adaptasi yang biasanya tidak
sepenuhnya dapat di terima dan dilakukan oleh setiap individu yang memasuki
jenjang perkawinan karna mereka berangkat dari latar belakang individu,pendidikan,
sosial budaya, keluarga dan jenis kelamin yang berbeda.
3.
Fungsi Keluarga
Keluarga
sebagai wadah kehidupan individu yang mempunyai peran penting dalam membina dan
mengembangkan individu yang bernaung di dalamnya. Kebutuhan fisik seperti kasih
sayang dan pendidikan dari anggota-anggotanya dapat di penuhi oleh keluarga.
Menurut William F. Ogburn sebagaimana yang di kutip(Dwi Sulisyo, 1986) fungsi
kelurga secara luas berupa :
a.
Fungsi pelindung
b.
Fungsi ekonomi
c.
Fungsi
pendidikan
d.
Fungsi rekreasi
e.
Fungsi agama
Sedangkan
menurut Merstedt mengemukakan bahwa fungsi keluarga :
a.
Mengatur dan
menguasai implus-implus
b.
Membantu
c.
Menegakkan antar
budaya
d.
Mewujudkan
status.[3]
C.
PENGERTIAN
MASYARAKAT
Beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli
sosiologi dunia adalah sebagai berikut :
1.
Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2.
Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang
menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3.
Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau
kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4.
Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan
kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang
cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia
tersebut.[4]
Seperti pada
uraian di atas Istilah “masyarakat”
kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat” sendiri pada
mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian mengalami
proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata
“serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang saling
berhubungan”.[5] Sedang,
istilah “sosial” berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti “kawan”.[6]
1.
Bentuk-bentuk
Dalam Masyarakat
Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua
macam masyarakat, yaitu :
a.
Masyarakat
Paguyuban (Gemein Schaft)
Masyarakat paguyuban dapat di artikan sebagai persekutuan hidup. Untuk
mencapai tujuan mereka bersama, masing-masing anggota rela berkorban untuk
kepentingan bersama menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing sehingga
keterkaitan antar keluarga menjadi sangat erat. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan
pribadi antara anggota-anggota yang menimbulkan suatu ikatan
batin antara mereka. Ciri-ciri masyarakat ini :
1.
Rela
berkorban untuk kepentingan bersama.
2.
Pemenuhan
hak tidak selalu di kaitkan dengan kapasitas pemenuhan kewajibannya.
3.
Solidaritas
yang sangat kokoh dan bersifat permaen.
b.
Masyarakat
Patembayan (Gessel Schaft)
Bila di bandingkan dengan masyarakat paguyuban, masyarakat
patembayan mempunyai pertalian yang lebih renggang. Kalau pada masyarakat patembayan
terdapat hubungan pamrih antara anggota-angotanya. Ciri-ciri :
1.
Pemenuhan hak
seseorang di dasarkan pada pemenuhan kewajiban.
2.
Solidaritas
antara anggota tidak terlalu kuat dan hanya bersifat sementara.
Sebagian ahli mencoba mengklasifikasikan masyarakat
dengan ciri-ciri tertentu. Menurut Endang Saifuddin anshori dengan menggunakan paradigma Al-qur’an mengelompokkan masyarakat dalam 10
macam :[7]
1.
Masyarakat muttaqun yaitu masyarakat yang taqwa.
2.
Masyarakat mu’minun yaitu masyarakat yang beriman.
3.
Masyarakat muslimun yaitu masyarakat yang islami.
4.
Masyarakat muhsinun yaitu masyarakat yang punya sifat ihsan.
5.
Masyarakat kafirun yaitu masyarakat yang kafir.
6.
Masyarakat musyrikun yaitu masyarakat yang musyrik.
7.
Masyarakat munafiqun yaitu mayarakat yang munafiq.
8.
Masyarakat fasiqun yaitu masyarakat yang fasiq.
9.
Masyarakat Dholimun yaitu masyarakat yang dholim.
10. Masyarakat mutrofun
yaitu
masyarakat yang tidak pernah bersyukur.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aspek individu, keluarga,
masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Yakni, tidak
akan pernah ada keluarga dan masyarakat apabila tidak ada individu. Sementara
di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu
membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat
mengekspresikan aspek sosialnya serta menumbuhkan perkembangan perilakunya.
Karena tak dapat dipungkiri bahwa perilaku sosial suatu individu tersebut
bergantung dari keluarga dan masyarakat disekitarnya. Keluarga sebagai
lingkungan pertama seorang individu memiliki peran paling besar dalam
pembentukan sikap suatu individu, sedang masyarakat merupakan media sosialisasi
seorang individu dalam menyampaikan ekspresinya secara lebih luas. Sehingga
dapat menjadi suatu tolak ukur apakah sikapnya benar atau salah dalam suatu
masyarakat tersebut.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini
terdapat kekurangan. Oleh karena itu kepada para pembaca, khususnya kepada
dosen pembimbing untuk mengkritik makalah ini yang bersifat konstruktif, kami
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Sidi Gazalba, Masyarakat
Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi. Bulan Bintang: Jakarta. 1976
Gordon Marshall, A
Dictionary of Sociology, Oxford University Press: New York. 1998
Arifin Nor H.M. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Pustaka Setia
Cohen Bruce J. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Bina Aksara
Al-Qur’an al-karim
Sistem Masyarakat Islam
dalam Al Qur'an & Sunnah (Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh). Dr. Yusuf Qardhawi. 1997. Citra Islami Press
Richard R Clayton. 2003. The Family,
Mariage and Social Change. hal. 58
[1]
Abd, Kadir, dkk, Ilmu Budaya Dasar, Bina
Ilmu, Surabaya, 1991, Hlm. 15
[2]
Richard R Clayton.
2003. The Family, Mariage and Social Change. Hlm. 58
[3] Ibid, Hlm. 22
[4]
Sidi
Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, Bulan
Bintang, Jakarta, 1976, h. 10.
[5]
Ibid, Hlm. 11
[6]
Gordon
Marshall, A Dictionary of Sociology, Oxford University Press, New York,
1998, h. 628.
[7]
Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur’an dan Sunnah (Malaamihu Al Mujtama’ Al
Muslim Alladzi Nasyuduh). Dr. Yusuf Qardhawi. 1997. Citra Islami Press
No comments:
Write komentar