Tunis - Pemerintah Tunisia menjual pesawat kepresidenan yang
pernah digunakan presiden terguling Zine El Abidine Ben Ali kepada
maskapai Turki, Turkish Airlines. Pesawat bekas itu dijual seharga 181
juta dinar atau setara Rp 1 triliun.
Seperti dilansir Reuters, Senin (5/12/2016), penjualan pesawat kepresidenan itu merupakan bagian dari upaya perlahan untuk memindahkan berbagai properti dan barang yang 'ditimbun' semasa pemerintahan Ben Ali dan keluarganya setelah kerusuhan tahun 2011.
Ben Ali melarikan diri ke Arab Saudi, setelah unjuk rasa besar-besaran mengakhiri kepemimpinannya yang berlangsung selama 23 tahun. Usai Ben Ali lengser, pemerintahan yang baru melakukan penyitaan terhadap berbagai properti bisnis, real estate dan mobil mewah milik 144 anggota keluarga Ben Ali.
Dilaporkan bahwa pemerintahan Tunisia telah mengumpulkan sekitar US$ 400 juta (Rp 5,3 triliun) dari penjualan berbagai properti. Meskipun pemerintah Tunisia menyadari bahwa adanya penundaan dan kurangnya perawatan untuk aset-aset milik keluarga Ben Ali berdampak besar pada menurunnya nilai jual.
Dituturkan juru bicara Tunisair, Amel Bourguiba, bahwa pesawat kepresidenan jenis Airbus A340 ini diparkir di kota Bordeaux selama lebih dari 5 tahun.
Pekan lalu, seorang menteri junior Tunisia untuk perekonomian digital, Habib Dabbabi, menuturkan kepada Reuters bahwa tahun depan, otoritas Tunisia akan menjual saham milik keluarga Ben Ali pada perusahaan telekomunikasi seperti Ooredoo dan Orange Telecom.
Seperti dilansir Reuters, Senin (5/12/2016), penjualan pesawat kepresidenan itu merupakan bagian dari upaya perlahan untuk memindahkan berbagai properti dan barang yang 'ditimbun' semasa pemerintahan Ben Ali dan keluarganya setelah kerusuhan tahun 2011.
Ben Ali melarikan diri ke Arab Saudi, setelah unjuk rasa besar-besaran mengakhiri kepemimpinannya yang berlangsung selama 23 tahun. Usai Ben Ali lengser, pemerintahan yang baru melakukan penyitaan terhadap berbagai properti bisnis, real estate dan mobil mewah milik 144 anggota keluarga Ben Ali.
Dilaporkan bahwa pemerintahan Tunisia telah mengumpulkan sekitar US$ 400 juta (Rp 5,3 triliun) dari penjualan berbagai properti. Meskipun pemerintah Tunisia menyadari bahwa adanya penundaan dan kurangnya perawatan untuk aset-aset milik keluarga Ben Ali berdampak besar pada menurunnya nilai jual.
Dituturkan juru bicara Tunisair, Amel Bourguiba, bahwa pesawat kepresidenan jenis Airbus A340 ini diparkir di kota Bordeaux selama lebih dari 5 tahun.
Pekan lalu, seorang menteri junior Tunisia untuk perekonomian digital, Habib Dabbabi, menuturkan kepada Reuters bahwa tahun depan, otoritas Tunisia akan menjual saham milik keluarga Ben Ali pada perusahaan telekomunikasi seperti Ooredoo dan Orange Telecom.
No comments:
Write komentar