Saturday, December 17, 2016

Obama Tuding Kebrutalan di Aleppo Berada di Tangan Assad, Iran dan Rusia


Washington DC - Presiden Amerika Serikat Barack Obama angkat bicara soal kondisi terkini di Aleppo. Dia menuding rezim Suriah, bersama dengan Moskow dan Teheran, dengan membantai warga sipil di Aleppo.

"Kami telah melihat strategi yang disengaja dari sekitarnya, mengepung dan membuat kelaparan warga sipil yang tidak bersalah," kata Obama saat konferensi pers akhir tahun seperti dilansir kantor berita CNN, Sabtu (17/12/2016).

Menurut Obama, pihak yang bertanggungjawab atas peristiwa tersebut merupakan rezim Assad bersama sekutunya yakni Rusia dan Iran.

"Tanggung jawab untuk kebrutalan ini terletak di satu tempat saja: rezim Assad dan sekutunya Rusia dan Iran. Darah untuk kekejaman ini berada di tangan mereka," ungkap Obama.

kecaman Obama datang sebagai kesepakatan memungkinkan untuk evakuasi ribuan warga sipil yang tersisa di kota yang terkepung berantakan pada Jumat (16/12). Pasukan yang setia kepada rezim Assad telah dikupas timur Aleppo dan setelah bertahun-tahun pertempuran, pasukannya telah berhasil menerobos garis pertahanan pemberontak.

Operasi untuk mengevakuasi ribuan pengungsi dihentikan, menurut Komite Palang Merah Internasional. Berbagai laporan menyebutkan pelanggaran penghentian permusuhan sebagai alasan untuk interupsi.

Ribuan warga sipil, warga terluka, dan beberapa pemberontak sudah dievakuasi di bawah perjanjian, dengan banyak dari para pengungsi akan dikuasai pemberontak provinsi Idlib atau perbatasan Suriah-Turki. Obama menyerukan pasukan pengamat internasional untuk memantau situasi dan untuk evakuasi tertib dan akses untuk bantuan kemanusiaan, menuduh pemerintah Rusia memblokir upaya kemanusiaan di PBB.

"Dunia tidak akan lupa," imbuh Obama.

Kritikan dari mulut Obama juga dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry

"Sama sekali tidak ada pembenaran apapun untuk kebrutalan sembarangan dan biadab terhadap warga sipil yang ditunjukkan oleh rezim dan oleh sekutu Rusia dan Iran yang selama beberapa minggu terakhir, atau memang selama lima tahun terakhir," ujar Kery, Kamis (15/12).

Menteri Pertahanan AS Ash Carter mengatakan kepada wartawan di London hari Kamis bahwa "tragedi ini mencerminkan kebrutalan yang luar biasa pada bagian dari rezim, dan juga pendukung mereka, termasuk Rusia," sambungnya.

No comments:
Write komentar