Monday, September 5, 2016

Individu, Keluarga dan Masyarakat



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap individu, keluarga dan masyarakat memiliki hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Hubungan yang dilandasi oleh nilai, norma dan aturan-aturan. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu keluarga dan masyarakat yang menjadi latar belakang keberadaanya. Begitupun sebaliknya, individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya, dan barulah dikatakan sebagai individu jika individu bisa membaur dengan lingkungan sosialnya yaitu masyarakat. Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dari masyarakat dan merupakan sendi dasar dalam organisasi sosial.

B.     Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan pengertian dari Individu
2.      Menjelaskan pengertian dari Keluarga
3.      Menjelaskan pengertian dari Masyarakat

C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian Individu
2.      Untuk mengetahui pengertian Keluarga
3.      Untuk mengetahui pengertian Masyarakat


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN INDIVIDU
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peran kas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tinngkah laku spesifik dirinya. maka manusia menjadi individu apabila tingkah lakunya hampir identik dengan tigkah laku masa yang beersangkutan.

Individu terdiri atas dua demensi yaitu fisik dan psikis. Sikap perbuatan, emosi dan sebagainnya merupakan refleksi gabungan dari kedua dimensi ini.

1.      Segi Fisik
Kehadiran individu dalam kelompok keluarga maupun masyarakat ditandai dengan wujud fisiknya. Makhluk hidup mempunyai cirri sendiri dan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Faktor-faktor ini biasanya disebut dengan faktor penunjang kelangsungan hidup.
Faktor-faktor penunjang kehidupan manusia anatara lain :
Pangan   : terdiri atas zat/sumber tenaga seperti karbohidrat, lemak dan protein dan zat pembangun seperti protein, mineral dan air serta zat pengatur seperti vitamin, mineral, protein dan air.
Sandang : sebagai alat adaptasi terhadap kondisi alam (iklim) yang berlainan misalnya panas dan dingin.
Papan  : usaha berlindung dari ancaman alam yang tidak bersahabat seperti hujan, terik matahari, binatang buas dan lain sebagainya.

Untuk keperluan ini manusia selalu berhubungan dengan lingkungannya. Interaksi dengan lingkungannya inilah yang menyebabkan adanya perubahan lingkungan (hasil budaya). Di samping itu manusia dipengaruhi juga oleh lingkungannya maka tidak heran manakala ada perbedaan ketahanan fisik individu satu dengan lainnya.

2.      Segi Psikis
Wujud individu tidak pernah lepas dari wujud psikisnya. Fungsi psikis sangat berpengaruh terhadap gerak dan tingkah laku fisik, dalam arti tingkah laku dan perbuatan individu merupakan refleksi psikisnya sedangkan tingkah laku fisik berpengaruh pada fungsi psikis. Fungsi psikis sebagai bagian dari makhluk hidup selalu mengalami perubahan (perkembangan), perkembangan ini terjadi dalam beberapa tahapan.

3.      Pengaruh Lingkungan Terhadap Individu
Banyak sekali pengaruh dari luar yang menyebabkan terjadinya perubahan pada individu sepertilatihan dan pendidikan, baik bersifat formal, nonformal maupun informal. Pembentukan di sini dapat berarti perubahan sikap maupun kondisi fisik dan psikis darikurang responsive terhadap berbagai keadaan menjadi individu responsive terhadap berbagai keadaan yang di hadapi. Faktor lingkungan yang sangat mendukung dan menolong kehidupan jasmani dan rohani menyebabkan individu dapat berkembang.
  
Banyak ahli yang mengatakan bahwa individu tidak mempunyai arti apa-apa tanpa adanya  lingkungan yang mempengaruhinya. Keluarga sebagai lingkungan sosial pertama yang secara aktif mempengaruhi dalam pembentukan individu. Bagi individu yang belum dapat berdiri sendiri ketergantungannya banyak bertumpu pada kelompok ini dimana tidak dapat dikaitkan dengan hal dan kewajiban.[1]

B.     PENGERTIAN KELUARGA
Keluarga adalah unit/satuan masyarakat yang terkecil yang merupakan suatu kelompok terkecil dari masyarakat. Kelompok ini yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari seorang individu (suami) dengan individu lainnya (istri) yang selalu menjaga rasa aman dan ketentraman dalam suasana suka duka hidup bersama.

Keluarga biasanya terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya. Anak-anak inilah yang nantinya berkembang dan mulai melihat dan mengenal arti diri sendiri yaitu individu. Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu yang sangat berpengaruh secara lansung terhadap perkembangan individu sebelum maupun terjun langsung secara individual di masyarakat.

Ki Hajar Dewantoro juga mengartikan bahwa keluarga kumpulan beberapa orang yang terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama untuk memperteguh gabungan dan memuliakan masing-masing anggotanya.[2]
1.      Pengaruh keluarga terhadap anggota-anggotanya
Keluarga sebagai persekutuan dan tempat individu bernaung dalamnya menjunjung tinggi prinsip kesatuan dan keutuhan untuk mencapai cita-cita dan tujuan bersama. Sebagai wadah tiap individu berinteraksi dan komunikasi maka setiap peran yang dilakukan setiap anggotanya paling tidak akan memberikan pengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keluarga :

a.       Status sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak. Misalnya keluarga yang perekonomiannya menyebabkan lingkungan material yang di hadapi oleh anak di dalam keluarganya lebih luas, sehingga ia mendapat kesempatan lebih luas dalam memperkembangkan bermacam-macam kecakapan lengkap dengan alatnya. Tetapi perlu diingat bahwa status sosial ekonomi keluarga bukannya satu-satunya faktor yang mutlak menentukan perkembangan anak.

b.      Faktor keutuhan keluarga
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan sosial anak adalah faktor keutuhan keluarga. Faktor ini ditekankan pada strukturnya yaitu keluarga lengkap terdiri dari ayah, ibu dan anak. Di samping keutuhan keluarga juga ada faktor keutuhan interaksi hubungan antara anggota satu dan anggota keluarga yang lain.

c.       Sikap dan kebiasaan Orang Tua
Peranan keadaan keluarga terhadap perkembangan sosial anak tidak hanya terbatas pada situasi sosial ekonominya atau kebutuhan sruktur dan interaksinya, tetapi cara-cara atau sikap dalam pergaulannya juga memegang peranan penting dalam perkembangan sosial mereka.

2.      Perkawinan sebagai Elemen Pembentukan Keluarga
Dari segi hukum adalah ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan sebagai upaya dasar untuk pembentukan keluarga dimulai sejak pemilihan jodoh, agar pihak pria dan wanita sebagai calon suami istri dipilih orang-orang yang dapat memegang peran masing-masing dan menempati fungsinya, kewajiban dan tanggung jawab menurut bentuk keluarga yang di cita-citakan.

Atas faktor perbedaan yang di bawa masing-masing pihak, kelebihan dan kekurangannya serta fungsi masing-masing memerlukan proses adaptasi yang biasanya tidak sepenuhnya dapat di terima dan dilakukan oleh setiap individu yang memasuki jenjang perkawinan karna mereka berangkat dari latar belakang individu,pendidikan, sosial budaya, keluarga dan jenis kelamin yang berbeda.

3.      Fungsi Keluarga
Keluarga sebagai wadah kehidupan individu yang mempunyai peran penting dalam membina dan mengembangkan individu yang bernaung di dalamnya. Kebutuhan fisik seperti kasih sayang dan pendidikan dari anggota-anggotanya dapat di penuhi oleh keluarga. Menurut William F. Ogburn sebagaimana yang di kutip(Dwi Sulisyo, 1986) fungsi kelurga secara luas berupa :
a.       Fungsi pelindung
b.      Fungsi ekonomi
c.       Fungsi pendidikan
d.      Fungsi rekreasi
e.       Fungsi agama

Sedangkan menurut Merstedt mengemukakan bahwa fungsi keluarga :
a.       Mengatur dan menguasai implus-implus
b.      Membantu
c.       Menegakkan antar budaya
d.      Mewujudkan status.[3]

C.    PENGERTIAN MASYARAKAT
Beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia adalah sebagai berikut :
1.      Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2.      Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3.      Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4.      Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.[4]

Seperti pada uraian di atas Istilah “masyarakat” kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat” sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian mengalami proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata “serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang saling berhubungan”.[5] Sedang, istilah “sosial” berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti “kawan”.[6]

1.      Bentuk-bentuk Dalam Masyarakat
Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu :

a.       Masyarakat Paguyuban (Gemein Schaft)
Masyarakat paguyuban dapat di artikan sebagai persekutuan hidup. Untuk mencapai tujuan mereka bersama, masing-masing anggota rela berkorban untuk kepentingan bersama menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing sehingga keterkaitan antar keluarga menjadi sangat erat. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota-anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Ciri-ciri masyarakat ini :
1.      Rela berkorban untuk kepentingan bersama.
2.      Pemenuhan hak tidak selalu di kaitkan dengan kapasitas pemenuhan kewajibannya.
3.      Solidaritas yang sangat kokoh dan bersifat permaen.

b.      Masyarakat Patembayan (Gessel Schaft)
Bila di bandingkan dengan masyarakat paguyuban, masyarakat patembayan mempunyai pertalian yang lebih renggang. Kalau pada masyarakat patembayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angotanya. Ciri-ciri :
1.      Pemenuhan hak seseorang di dasarkan pada pemenuhan kewajiban.
2.      Solidaritas antara anggota tidak terlalu kuat dan hanya bersifat sementara.
Sebagian ahli mencoba mengklasifikasikan masyarakat dengan ciri-ciri tertentu. Menurut Endang Saifuddin anshori dengan menggunakan paradigma Al-qur’an mengelompokkan masyarakat dalam 10 macam :[7]
1.      Masyarakat muttaqun yaitu masyarakat yang taqwa.
2.      Masyarakat mu’minun yaitu masyarakat yang beriman.
3.      Masyarakat muslimun yaitu masyarakat yang islami.
4.      Masyarakat muhsinun yaitu masyarakat yang punya sifat ihsan.
5.      Masyarakat kafirun yaitu masyarakat yang kafir.
6.      Masyarakat musyrikun yaitu masyarakat yang musyrik.
7.      Masyarakat munafiqun yaitu mayarakat yang munafiq.
8.      Masyarakat fasiqun yaitu masyarakat yang fasiq.
9.      Masyarakat Dholimun yaitu masyarakat yang dholim.
10.  Masyarakat mutrofun yaitu masyarakat yang tidak pernah bersyukur.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Aspek individu, keluarga, masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Yakni, tidak akan pernah ada keluarga dan masyarakat apabila tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya serta menumbuhkan perkembangan perilakunya. Karena tak dapat dipungkiri bahwa perilaku sosial suatu individu tersebut bergantung dari keluarga dan masyarakat disekitarnya. Keluarga sebagai lingkungan pertama seorang individu memiliki peran paling besar dalam pembentukan sikap suatu individu, sedang masyarakat merupakan media sosialisasi seorang individu dalam menyampaikan ekspresinya secara lebih luas. Sehingga dapat menjadi suatu tolak ukur apakah sikapnya benar atau salah dalam suatu masyarakat tersebut.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu kepada para pembaca, khususnya kepada dosen pembimbing untuk mengkritik makalah ini yang bersifat konstruktif, kami ucapkan terima kasih.




DAFTAR PUSTAKA

Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi. Bulan Bintang: Jakarta. 1976
Gordon Marshall, A Dictionary of Sociology, Oxford University Press: New York. 1998
Arifin Nor H.M. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Pustaka Setia
Cohen Bruce J. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Bina Aksara
Al-Qur’an al-karim
Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah (Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh). Dr. Yusuf Qardhawi. 1997. Citra Islami Press
Richard R Clayton. 2003. The Family, Mariage and Social Change. hal. 58



[1]  Abd, Kadir, dkk, Ilmu Budaya Dasar, Bina Ilmu, Surabaya, 1991, Hlm. 15
[2] Richard R Clayton. 2003. The Family, Mariage and Social Change. Hlm. 58
[3]  Ibid, Hlm. 22
[4] Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, h. 10.
[5] Ibid, Hlm. 11
[6] Gordon Marshall, A Dictionary of Sociology, Oxford University Press, New York, 1998, h. 628.
[7] Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur’an dan Sunnah (Malaamihu Al Mujtama’ Al Muslim Alladzi Nasyuduh). Dr. Yusuf Qardhawi. 1997. Citra Islami Press

No comments:
Write komentar